Orang 1 : “Woi….anak
Kijang…nak kemane?”
Orang 2 : “takdee…..”
Dialog tersebut hampir
terdengar setiap hari baik antara orang dewasa, remaja, maupun anak-anak. Dan
selalu jawabnya adalah “takde” yang berarti tidak ada. Terus terang sampai
sekarang pun aku tidak pernah memahami apa maksud dari jawaban “takde”. Jadi
jangan kaget jika suatu saat pembaca menginjakkan kaki di bumi Bintan dan ada
orang bertanya “nak kemane pak/bu/kak/bang/dek/nak” selalu dijawab “takde”.
Kenapa pula “Anak Kijang”???
“Anak Kijang” adalah nama
panggilan secara umum yang disematkan kepada warga usia anak-anak hingga remaja
yang berdomisili Kijang. Terkadang digunakan juga istilah “Budak Kijang”. Kata “Budak”
diambil dari bahasa Melayu yang bermakna “Anak”. Sedangkan untuk kalangan warga
dewasa dipanggil dengan sebutan “Orang Kijang”. Begitu juga sebaliknya, jika
Anak Kijang memanggil orang diluar Kijang akan menyebutkan nama daerahnya
seperti “Anak/Budak Pinang” (berdomisili di Kota Tanjung Pinang), “Anak/Budak
Uban” (berdomisili di Kelurahan Tanjung Uban), “Anak/Budak Berakit (berdomisili
di Desa Berakit), anak/budak Tenggel (berdomisili di Pulang Tenggel) dan
lainnya.
Kijang adalah nama salah satu
daerah di Kabupaten Bintan setingkat Kelurahan dengan strata administratif di
bawah Kecamatan Bintan Timur salah satu dari sepuluh kecamatan di Kabupaten
Bintan. Jangan pernah mengimajinasikan jika di Kijang ini banyak berkeliaran
binatang kijang atau rusa atau menjangan. Atau membayangkan jika nama Kijang
diambil dari nama khas binatang endemic dari daerah ini yaitu hewan
kijang. Karena semua itu salah. Tidak ada hewan endemic kijang di Kijang
bahkan tidak pernah tercatat di buku-buku sekolah dan pitutur para tetua
tentang keberadan hewan kijang di Kijang. Tidak di kota, di kampung-kampung
maupun di hutan. Jadi, nama Kijang sangat unik karena hingga saat ini tidak ada
seorangpun yang mengetahui dan bisa menjelaskan alasan historis yang logis dan
sahih tentang penggunaan nama hewan kijang untuk Keluarahan Kijang.
Satu-satunya hewan di Kijang yang masih ada dan digolongkan dalam marga
Tragulus (Bahasa Latin; kambing kecil) yang masih berkerabat dengan Kijang dan
Rusa adalah pelanduk atau kancil. Hewan yang terkenal dalam hikayat-hikayat
melayu dengan kecerdikan dan kebijaksanaannya.
Beberapa ilmuan sejarah di
Kepri membuat kesimpulan bahwa nama Kijang diambil dari hewan kancil/pelanduk
ini. Dimana hewan ini masih jenis kerabat dari Kijang dan Rusa. Dan secara
historis Kerajaan Malaka (saat ini masuk wilayah Malaysia) menggunakan Pelanduk/Kancil
Putih sebagai lambang kerajaan. Dan secara historis pula Kerajaan Malaka dahulu
masuk dalam wilayah Kerajaan Riau termasuk juga Temasek (saat ini menjadi
Singapura). Tetapi alasan tersebut belum final hingga saat ini karena masih
menjadi perdebatan ilmiah dikalangan ahli sejarah di Kepri.
Waktu kecilku dahulu Bapakku
sering membawa pelanduk yang beliau beli dari hasil jeratan warga tempatan di
pulau tempat beliau bekerja. Jika pelanduk dalam kondisi sehat akan kami
masukkan kandang untuk dipelihara dan nantinya jika sudah bosan akan kami
potong. Jika pelanduk sudah dalam kondisi tidak sehat (biasanya karena terluka)
akan langsung di potong. Jadi sebenarnya nasib si pelanduk baik sehat atau
sakit sama saja, sama-sama di hujung pisau.
Ada pengalaman yang menarik
dan cukup merepotkan gara-gara nama Kijang. Di Sertifikat Akta Kelahiranku
tertulis keterangan lahir di Kijang. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa
untuk keterangan kelahiran seharusnya tertulis nama Daerah Tingkat II atau
Kabupaten/Kota, seperti istri dan kedua anakku karena lahir di Surabaya maka
tercatat keterangan lahir di Surabaya. Sehingga aku selalu kesulitan untuk
pengisian beberapa form biodata karena di option pilihan daerah yang
dimunculkan adalah nama-nama Kabupaten/Kota bukan nama Kecamatan apalagi
Kelurahan.
“what’s in a name? That
which we call a rose by any other name would smell as sweet”
(Apalah arti sebuah nama? Andaikata kamu memberikan nama lain untuk bunga
mawar, ia tetap akan berbau wangi) kata
William Shakespeare. Karena ikut alasan eyang Shakespeare inilah maka aku
mengganti nama Kijang pada kolom tempat lahir di KTP dan Kartu Keluarga serta
kartu-kartu lainnya menjadi Kepulauan Riau. Nama boleh berganti tetapi kenangan
tidak akan hilang.
Apa kabar kalian budak
Kijang??? kaifa haalukum..... ngopi yuuk....!!!
Surabaya, Padukuhan Kupang
Wetan – 19 Juni 2021; 03:30 dini hari
0 komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan menggunakan bahasa yang santun dan bijak