Oleh :
Hasta Rahmadhani, S.IP.
Membicarakan serta
mengkaji Indonesia, dari sisi perjalanan sejarah dan berbagai persoalan hingga
kurun waktu kekinian kita ibarat seperti
dihadapkan pada tumpukan benang kusut. Kita dihadapkan pada ketidak
jelasan. Dari tahun ketahun Indonesia tetap berkubang pada persoalan yang
seolah semakin rumit. Bangsa Indonesia dihadapkan berbagai persoalan dari
perkara ekonomi, sosial, hukum hingga persoalan politik.
Sebagai bagian
dari anak bangsa melihat berbagai permasalahan yang ada, kita tergerak untuk
dapat berperan serta mengurai benang kusut, centang perenang segala persoalan
dan permasalahan yang terjadi ditanah air. Mengapa Indonesia seperti tidak
pernah dapat lepas dengan gurita permasalahannya, padahal kita dikenal sebagai
bangsa yang besar. Kenapa bangsa Indonesia seperti tidak bisa lepas dengan
masalahnya sendiri.
Menelisik Masa
Lampau Indonesia
Indonesia banyak
diceritakan dan dikenal sebagai bangsa besar. Sejarah masa lampau bernama
nusantara. Indonesia masa itu dikenal memiliki sejarah yang agung. Pernah
berdiri kerajaan-kerajaan di nusantara.
Menurut data dalam
RPUL Indonesia dan Dunia, disebutkan pernah berdiri kerajaan Kutai, merupakan
kerajaan hindu tertua di Indonesia. Berdiri pada tahun 400 M, ditepi sungai
Mahakam, di Kalimantan timur. Kemudian kerajaan Sriwijaya yang merupakan
kerajaan Budha berdiri sekitar abad ke 7 di Sumatra. Kerajaan Sriwijaya dikenal
sejarah sebagai kerajaan maritim yang pernah ada dinusantara. Kemudian di Jawa
ada kerajaan Majapahit berdiri sekitar tahun 1292 yang konon wilayah
kekuasaannya sampai negeri Singapura, Thailand. Majapahit memiliki Mahapatih
Gajah Mada yang melegenda keberaniannya dan kepahlawanannya dengan sumpah
amukti palapa yang agung. Selain itu di nusantara Indonesia juga pernah berdiri
kerajaan Mataram Hindu hingga berdirinya Mataram Islam, juga pernah berdiri kerajaan Kadiri di Kediri
dengan rajanya yang mashur bernama Prabu Jayabaya. Serta masih banyak kerajaan
– kerajaan lain yang pernah berdiri di nusantara Indonesia.
Bukti sejarah
seperti keberadaan candi Borobudur, Prambanan yang menjadi salah satu keajaiban
dunia, penemuan candi-candi lain, berbagai prasasti dan temuan benda-benda
sejarah, tempat-tempat peninggalan masa lampau. Serta berbagai kearifan budaya
lokal dan budaya, dan nilai peradaban didalamnya dari berbagai suku bangsa di
Indonesia. Memperkuat bukti bangsa Indonesia memiliki rentang sejarah panjang
dan memiliki peradaban yang tinggi.
Selain sejarah era
zaman kerajaan di nusantara, bangsa Indonesia juga mengalami masa sejarah
perjuangan lepas dari penjajahan Belanda dan Jepang yang menorehkan tauladan
Nasionalisme. Sengaja oleh penulis tidak disebutkan mulai tahun berapa dan
berapa lama Belanda dan Jepang menjajah Indonesia. Inilah bagian salah satu
auto kritik yang coba di gagas didalam tema tulisan ini. Karena ketidakjelasan sejarah
dan abu–abunya sejarah masa lampau Indonesia yang hingga kini masih dalam
perdebatan berbagai kalangan. Simpang siur sejarah karena tidak punya pijakan
data yang akurat. Ada lost History pada sejarah Indonesia.
Ironi Indonesia
Kini
Kembali pada tema
tulisan ini, penulis hendak mengajak mengkaji kenapa Indonesia seperti
lepas kehilangan siapa jati dirinya. Terkait
ulasan singkat kajian sejarah diatas penulis hendak membawa kita kepada
kontemplasi kebangsaan. Merenung siapa Bangsa Indonesia sesungguhnya, peradaban
seperti apa yang dimiliki Indonesia. Akan halnya banyak ditulis dibuku-buku
sejarah, literatur-literatur bangsa Indonesia dikatakan memiliki peradaban
luhur.
Ironinya sekarang
jika melihat berbagai persoalan ditanah air Indonesia, terlihat seperti sebuah
negeri yang tidak lagi memiliki kiblat peradaban jelas. Sebagai bangsa yang
banyak dikenal memiliki peradaban yang luhur, kontemplasi sejarah tersebut
penting. Kita miris sekaligus prihatin dengan fakta yang ada di Indonesia
sekarang. Jika kita berkaca pada persoalan-persoalan yang terjadi di
Indonesia kurun waktu terakhir, misalnya perbedaan dukungan politik ke salah
satu kandidat calon kepala daerah bisa membawa persoalan gesekan. Seolah sesama
anak bangsa Indonesia ini seperti mudah saling bermusuhan, berhadap-hadapan
satu sama lain, sampai terjadinya berbagai masalah seperti kasus korupsi.
Lebih
memprihatinkan lagi terjadinya tawuran pelajar, tawuran antar suporter club
sepak bola yang bahkan dari tawuran itu sampai memakan korban jiwa. Ada lagi
misalnya, belum lama ini di madura, seorang murid membunuh gurunya. Di
pontianak ada murid yang memukul kepala gurunya hingga gegar otak karena
diingatkan, ditegur gurunya karena main handphone dikelas. Ada juga kisah pilu
nestapa dari sudut negeri ini seseorang yang diduga lapar kemudian dia mencuri
donat disebuah warung, karena ketahuan warga dan menghindari amuk massa dia
menceburkan diri kesungai demi menghindari kejaran massa, yang pada akirnya dia
meregang nyawa karena tidak bisa berenang dan tenggelam dibawa arus pusaran
sungai. Masih banyak segala persoalan dan permasalahan memprihatinkan yang
terjadi di indonesia yang tidak bisa disebutkan satu-persatu pada tulisan ini.
Maksud dari
penulis adalah mengajak kita semua, bertanya kepada diri kita sendiri, berpikir
dan merenung apakah ini Indonesia yang dikenal sebagai bangsa besar itu?
Bagaimana mungkin kita akan meraih kesejahteraan sosial Ataukah bagaimana kita
akan meraih cita-cita reformasi kalau ternyata rakyat kita tetap banyak yang
repot nasi? Sesama anak bangsa mudah terprovokasi dan bertikai satu sama lain.
Beda pilihan partai ribut, beda dukungan tim sepak bola saling lempar batu.
Beda pilihan presiden 5 tahun kita saling ejek dan lain lain. Tidak bermaksud
membesar-besarkan persoalan tapi faktanya itulah yang terjadi. Marilah kita
berkaca sebagai bangsa, seharusnya kita bergandeng tangan bersatu sesama anak
bangsa sebagai satu keluarga besar.
Seperti halnya
amanah UUD 1945 terkait pembangunan ekonomi dan kesejahteraan sosial pasal 33
ayat 1 bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas
kekeluargaan. Artinya adalah bahwa dalam mewujudkan kesejahteraan sosial dan
stabilitas perekonomian nasional sebagai syarat mutlaknya adalah iklim
kekeluargaan harus dibangun, karena kita tidak mungkin mewujudkan kesejahteraan
sosial sementara masih terlibat konflik internal dalam negara. Hal tersebut
harus segera kita penuhi sebelum, benar terjadi Indonesia Bubar. Seperti halnya warning nasional, yang dikatakan tokoh
nasional Prabowo Subianto bahwa bangsa Indonesia 2030 akan bubar.
Mengurai
Kembali Jati Diri Bangsa Indonesia
Mengawali
pembahasan ini penulis teringat wasiat bung Karno Jas Merah, jangan sekali kali
melupakan sejarah. Salah satu manfaat mempelajari sejarah menurut CP Hills
adalah untuk membangun rasa cinta tanah air, atau bisa disebut rasa
nasionalisme.
Sejarah merupakan
pelajaran berharga bagi sebuah bangsa jika baik maka itu bisa dipakai sebagai
spirit kebangsaan dan energi fundamental perjalanan sebuah bangsa. Jika sejarah
masa lampau itu kelam jangan sampai kita
mengulang sejarah itu. Misalnya dalam konteks perjuangan pergerakan revolusi
kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Kisah-kisah heroik pejuang kemerdekaan dari
kisah tauladan panglima besar Jendral Soedirman, Soekarno, Bung Hatta, hingga
perlawanan bung Tomo beserta arek arek Surabaya dan lain lain. Tentunya membawa
tauladan nasionalisme yang luar biasa bagi semua anak bangsa Indonesia. Rasa
senasib sepenanggunan sesama anak bangsa dulu mampu menyatukan energi semua
elemen anak bangsa untuk bersatu mengusir penjajah dari bumi pertiwi.
Kembali pada tema
inti tulisan ini, tentang mengembalikan Ruh Indonesia sebagai kunci Indonesia
sejahtera. Ruh Indonesia adalah bagaimana kita kembali menengok pada sejarah,
mempelajari kembali jati diri bangsa Indonesia. Peradaban nilai apa saja yang
dimiliki Indonesia yang dikenal agung itu. Akan halnya sejarah lahirnya Pancasila
Bung Karno sebagai tokoh revolusi Indonesia mengatakan, bahwa Pancasila itu
digali dari nilai-nilai bangsa Indonesia sendiri. Nilai Ke-Indonesiaan,berakar
pada nilai-nilai masa lampau misalnya sejarah-sejarah kerajaaan yang pernah
berdiri di nusantara pernah mengalami masa-masa keemasannya. Masa-masa keemasan
Kerajaan itulah yang membuktikan sebenarnya semangat kebangsaan itu telah ada,
rasa nasionalisme pun sudah ada seperti misalnya tertuang dalam sumpah Amukti Palapa
Mahapatih Gajah Mada, yang ingin menyatukan nusantara. Oleh karenanya menurut
hemat penulis itu layak digali dan diteliti kembali dan hasil penelitiannya
bisa diwariskan dan menjadi bukti otentik bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa besar
disitulah letak Ruh Indonesia. Itulah yang banyak tidak kita tahu, bahkan
banyak generasi kita tidak begitu tertarik membahas sejarah. Sejarah kita
akirnya cenderung abu-abu karena tidak ada bukti konkrit dan otentik. Saat ini
yang ada dan diajarkan dibangku-bangku sekolah adalah buku-buku sejarah yang
kadangkala masih penuh perdebatan. Misalnya soal supersemar yang simpang siur.
Misalnya lagi soal berapa lama belanda menjajah Indonesia 350 tahun ataukah 126
tahun. Oleh karenanya dalam pemikiran penulis, bisa dikatakan Tidak ada buku
atau dokumen yang menyeluruh secara gamblang dan lugas mengenai sejarah
Indonesia. Entah apakah ini bagian skenario penjajah masa lampau, yang memang
ingin menghilangkan,mengaburkan sejarah Indonesia. Karena syahwat menguasai
Indonesia begitu besar dan membabi buta.
Oleh karenanya
jika ingin kita bangkit dan keluar dari semua kemelut persoalan kita harus
mengenali dulu siapa diri kita, baru kemudian berbicara siapa lawan kita, baru
menjawab berbagai tantangan-tantangan kebangsaan yang lain. Meminjam istilah
dari maestro perang cina Sun Tzu yang relevan dikaitkan konteks kekinian
berbagai peri kehidupan. Seperti yang dikutip di laman
fadjardhani.wordpress.com. Jika
ingin memenangkan pertempuran maka syarat utamanya adalah kenali dirimu, kenali
musuhmu, kenali medan tempurmu dan kau akan memenangi dengan mudah seribu
pertempuran.
Dalam pemikiran
penulis, ada indikasi kuat bangsa Indonesia menjauh dari peradabannya, atau
bahkan mulai tidak mengenali dirinya. Buktinya misalnya justru banyak peneliti,
penulis asing yang malah meneliti Indonesia. Bukan tidak mungkin jika pembiaran
ini terus berlanjut, bisa jadi generasi kita mendatang belajar sejarah
Indonesia dari hasil penelitian para peneliti luar negeri. Fakta itu bisa kita
lihat langsung misalnya dideret rak-rak toko buku. Banyak sejarah-sejarah
Indonesia, buku-buku budaya, suku di Indonesia, justru ditulis oleh orang
asing. Seperti yang dikutip dari laman situs www.tirto.id.,
ironis lagi, banyak dokumen manuskrip kuno peninggalan sejarah Indonesia berada
diperpustakaan Leiden Belanda yang jumlahnya konon lebih banyak dari pada
dokumen yang ada diperpustakaan nasional di Indonesia, yakni sebanyak 26 ribu
manuskrip kuno, sementara di Perpustakaan Nasional sebanyak 10,3 ribu
manuskrip. Melalui fakta-fakta ini saja misalnya. Apakah berani kita mengakui
kita tahu siapa bangsa Indonesia, atau mengerti tentang Indonesia? Komitmen
kebangsaan kita diuji disini.
Strategi
Mengurai Benang Kusut Peradaban Sejarah Indonesia
Sejarah harus
ditulis kembali, sebagai cara utama kita mengembalikan ruh Ke–Indonesiaan kita.
Sebelum kita mengumandangkan kajian nasionalisme yang lain, kajian kebangsaan
lain bahkan bercita-cita untuk menyejahterakan Indonesia tapi kita tidak pernah
tuntas memahami sejarah kita sendiri. Berikut akan di jabarkan strateginya :
1. Melakukan
rekonsiliasi nasional semua elemen bangsa yang difasilitasi oleh pemerintah. Mengedepankan persatuan,kesatuan sesama anak bangsa sebagai modal membangun,
mewujudkan Indonesia sejahtera.
2. Pemerintah
pusat dan daerah harus bersinergi secara kebijakan pemerintahan terkait
penggalian sejarah, kebudayaan, nilai budaya dan kearifan lokal.
3.
Merenegoisasi
pemerintah Belanda untuk mengembalikan, menduplikasi, maupun mendata kembali
manuskrip kuno, dokumen kuno,peninggalan sejarah yang berada di Leiden, Belanda
(atau mungkin
petunjuk,dokumen,peninggalan sejarah yang masih tersebar di negara-negara
lain).
4. Mendata,
menyisir kembali warisan budaya beserta kearifan lokal di dalamnya, mengingat Indonesia
adalah negara yang memiliki keanekaragaman khasanah budaya, suku, budaya-budaya
lokal untuk dicatat dan dipatenkan, dikembangkan agar nilai ke-Indonesiaannya
tidak hilang.
5. Menuliskan
ulang melalui penelitian atau meluruskan sejarah Indonesia yang lebih
jelas,komprehensif dengan data otentik untuk kepentingan bangsa. Melibatkan
sejarahwan, semua elemen anak bangsa yang berkompeten. Kemudian diterbitkan
buku putih sejarah Indonesia dari jaman kerajaan hingga saat ini. Sehingga
kajian sejarah tidak liar, abu-abu.
6.
Pelajaran
kearifan budaya bangsa, seperti misalnya budi pekerti, bisa dibukukan dan
dimasukkan ke mata pelajaran secara khusus. Sebagai cara melestarikan karakter
ke-Indonesiaan bagi generasi muda di masa mendatang agar nilai kearifan
ke-Indonesiaan tersebut tidak hilang.
Atas dasar itu,
konsep-konsep nilai ke-Indonesiaan harus
digali kembali, ditampilkan ke permukaan menjadi bagian etos Indonesia, menjadi
pedoman anak bangsa yang dapat menggugah rasa nasionalisme yang berimplikasi pada
kesetiakawanan nasional, memperkecil potensi konflik sebagai prasayarat utama
membangun Indonesia.
Selain itu
tujuannya adalah untuk membentengi, mempertahankan identitas jati diri bangsa
Indonesia dari pengaruh-pengaruh global seperti halnya yang diutarakan seorang
guru besar Filsafat Universitas Cairo, Hassan Hanafi. Tidak dapat dipungkiri
bahwa kehidupan dunia dalam segala aspeknya, politik, sosial, dan budaya berada
dalam kuasa peradaban bernama globalisasi. Sedangkan globalisasi adalah sebuah
isu kepentingan yang dihembuskan oleh ideologi kapitalistik.
Kontemplasi dan
Bergerak untuk Indonesia Sejahtera
Kajian singkat
mengenai Mengembalikan Ruh Indonesia sebagai kunci Indonesia sejahtera. Bahwa
nasionalisme sesungguhnya adalah penghayatan
atas nilai-nilai Ke-Indonesiaan dan kemudian menerapkannya sebagai dasar
fundamental perjuangan sebagai anak bangsa. Jika ruh itu telah menjiwai
sanubari anak bangsa lahirlah rasa Nasionalisme yang berimbas pada
kesetiakawanan nasional, seperti halnya rasa senasib sepenanggungan. Maka
kesejahteraan Indonesia akan mudah tercapai, iklim kesetiakawanan telah
menasional sebagai spirit kebangsaan
sebagai modal bergotong-royong saling bahu membahu mewujudkan Indonesia
yang jaya sejahtera. Karena mengandalkan dan menggantungkan pada pemerintah
saja tidaklah cukup untuk mencapai kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Tapi perlu adanya segenap kerjasama baik antara sesama anak bangsa
Indonesia. Saatnya kita bergerak mengaktualisasi nilai-nilai ke-Indonesiaan
dengan aksi nyata !
Daftar Bacaan
Hanafi, Hassan. (2003).
Cakrawala Baru
Peradaban Global. Yogyakarta:IRCiSod
Tim
Redaksi Pustaka Baru.(2015. Rangkuman
Pengetahuan Umum Lengkap (RPUL) Indonesia dan Dunia. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Satya,
Ratika (ed.). (2013). UUD
1945 dan Fakta Unik Kemerdekaan Indonesia. Yogyakarta: Bright Publisher
Wicaksana, Anom Whani.
(2018). Soekarno
Sang Guru Bangsa.
Jakarta: C-Klik
Media
Wibowo, Yulianto Sigit. (2005). Marhaenisme Ideologi Perjuangan
Soekarno. Yogyakarta: Buana Pustaka.
http://www.wikuwik.com/2016/11/manfaat-sejarah-secara-umum-dan-para-ahli.html?m=1
*Penulis adalah pemerhati
budaya, sejarah, sosial dan politik, dan pendidikan. Beralamat di hastarahmadhan@gmail.com
0 komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan menggunakan bahasa yang santun dan bijak