Indonesia menghadapi masalah serius terkait pemerataan guru, terutama di daerah pedesaan atau wilayah terpencil. Berdasarkan data Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, terdapat ketidakseimbangan dalam distribusi guru di berbagai daerah yang menyebabkan sebagian sekolah kekurangan guru, sementara di tempat lain, jumlah guru justru berlebih. Ambil saja contoh di Provinsi Jawa Timur. Hasil olah data dari Dapodik, terdapat 272 Sekolah Dasar dengan kondisi siswa kurang dari 30 anak dan guru kurang dari 5 orang. Sebanyak 189 sekolah berstatus negeri dan 83 sekolah berstatus swasta. Total keseluruhan guru dari 272 sekolah tersebut sebanyak 1,046 orang (Sumber; Dapodik pertanggal 12-03-2025). Gambaran data dapat dilihat dari grafik dibawah ini.
Model Pembelajaran Kelas Rangkap: Konsep dan Definisi
Model pembelajaran kelas rangkap merupakan suatu model pembelajaran di mana seorang guru mengelola lebih dari satu kelas dalam waktu yang bersamaan atau dalam satu ruang kelas yang sama. Dalam konteks sekolah dasar, model ini sangat berguna ketika ada kekurangan guru, baik dari segi jumlah maupun spesialisasi mata pelajaran. Pembelajaran kelas rangkap memberikan kesempatan bagi satu guru untuk mengajar dua atau lebih kelas dengan menggunakan metode dan pendekatan tertentu yang memungkinkan siswa tetap mendapatkan pembelajaran yang efektif.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2018), pembelajaran kelas rangkap dapat diartikan sebagai proses pembelajaran yang memungkinkan guru untuk mengelola lebih dari satu kelas dengan cara yang terstruktur dan terorganisir. Wibowo menjelaskan bahwa model ini bertujuan untuk memaksimalkan penggunaan tenaga pengajar dalam menghadapi kekurangan guru yang terjadi di banyak sekolah. Guru perlu memiliki keterampilan manajerial yang baik agar dapat mengelola dua atau lebih kelas dalam satu waktu dengan tetap menjaga kualitas pembelajaran.
Dalam penerapan model ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, guru harus dapat membagi perhatian dengan efektif antara dua atau lebih kelompok siswa yang berbeda. Kedua, materi ajar harus disesuaikan dengan tingkat pemahaman masing-masing kelompok siswa. Ketiga, teknik pengajaran yang digunakan harus cukup fleksibel agar dapat diterapkan pada beberapa kelompok siswa sekaligus.
Telah banyak hasil-hasil penelitian terkait dengan model pembelajaran kelas rangkap. Hasil penelitian Rahmawati tahun 2019 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dapat meningkat dengan penerapan pembelajaran kelas rangkap yang terencana. Setiawan (2021) menyatakan bahwa inovasi dalam pembelajaran sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang dinamis. Tantangan dalam pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap, seperti pengelolaan kelas, diungkapkan oleh Pratiwi (2022), yang menyarankan solusi praktis untuk mengatasi masalah tersebut. Widiastuti (2020) menekankan bahwa pembelajaran kelas rangkap bisa menjadi alternatif yang layak, terutama di daerah terpencil. Kurniawan (2021) meneliti efektivitas metode ini dan menemukan bahwa siswa dapat belajar dengan baik meskipun dalam kelas yang terintegrasi. Lestari (2019) mengemukakan bahwa model pembelajaran ini dapat diterapkan di berbagai konteks pendidikan, termasuk di daerah yang kurang terjangkau. Terakhir, Maulana (2020) menyoroti pentingnya kebijakan pendidikan yang mendukung implementasi pembelajaran kelas rangkap untuk meningkatkan mutu pendidikan di seluruh Indonesia.
Manfaat Model Pembelajaran Kelas Rangkap
Terdapat banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan penerapan model pembelajaran kelas rangkap, di antaranya: (1) efisiensi penggunaan tenaga pengajar. Salah satu keuntungan utama dari model pembelajaran kelas rangkap adalah efisiensi dalam penggunaan tenaga pengajar. Dengan model ini, satu guru dapat mengajar dua atau lebih kelas, sehingga dapat mengurangi kekurangan tenaga pengajar yang ada di sekolah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hasan (2019), efisiensi pengelolaan waktu dan sumber daya ini menjadi sangat penting, terutama di sekolah-sekolah yang memiliki jumlah guru terbatas. Ini memungkinkan sekolah untuk mengelola proses pembelajaran dengan lebih optimal, meskipun terbatas oleh jumlah guru yang ada. (2) mengurangi beban kerja guru. Beban kerja guru menjadi salah satu masalah yang sering dihadapi oleh tenaga pengajar di sekolah dasar. Dengan adanya model pembelajaran kelas rangkap, meskipun seorang guru mengajar lebih dari satu kelas, ia tetap dapat mengatur waktu dan pembelajaran untuk setiap kelas secara terorganisir. Hal ini bisa mengurangi tekanan yang dirasakan guru karena memiliki tanggung jawab yang lebih besar. (3) peningkatan keterampilan manajerial guru. Mengelola dua atau lebih kelas sekaligus akan meningkatkan keterampilan manajerial guru. Guru harus mampu membagi perhatian, mengelola waktu dengan baik, dan menggunakan metode yang efektif untuk menyampaikan materi kepada seluruh siswa. Dengan demikian, guru dapat berkembang dalam hal pengelolaan kelas yang lebih kompleks. (4) peningkatan kolaborasi antar siswa. Pembelajaran kelas rangkap juga dapat mendorong terjadinya kolaborasi antar siswa dari kelas yang berbeda dalam peroses pembelajaran. Dalam model ini, siswa dapat bekerja sama dalam suatu proyek atau tugas kelompok, yang memberikan kesempatan bagi mereka untuk belajar dari satu sama lain. Kolaborasi ini tidak hanya membantu siswa belajar secara lebih efektif, tetapi juga mengajarkan keterampilan sosial yang penting, seperti komunikasi dan kerjasama tim. (5) menumbuhkan fleksibilitas pembelajaran. Model pembelajaran kelas rangkap memberi fleksibilitas yang lebih besar dalam mengelola materi pembelajaran. Guru dapat menyesuaikan teknik pengajaran dengan kondisi dan kebutuhan kelas yang berbeda, serta mengintegrasikan pembelajaran yang lebih berbasis pada praktik. Dengan fleksibilitas ini, siswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang lebih kaya meskipun berada dalam situasi yang tidak biasa.
Tantangan dalam Implementasi Model Pembelajaran Kelas Rangkap
Meskipun model pembelajaran kelas rangkap memiliki banyak manfaat, terdapat beberapa tantangan dalam penerapannya. Beberapa tantangan tersebut antara lain: (1) kesulitan dalam pengelolaan waktu. Mengelola dua atau lebih kelas sekaligus merupakan tantangan besar bagi guru, terutama dalam hal pengelolaan waktu. Guru harus dapat membagi perhatian secara adil antara kelas-kelas yang diajar, dan setiap kelas harus mendapatkan waktu yang cukup untuk pembelajaran. Selain itu, ruang kelas yang terbatas bisa menjadi hambatan dalam mengelola lebih dari satu kelompok siswa. (2) perbedaan kemampuan siswa. Perbedaan kemampuan antara siswa di kelas yang berbeda juga bisa menjadi tantangan besar dalam model pembelajaran kelas rangkap. Siswa dengan kemampuan yang berbeda membutuhkan pendekatan yang berbeda pula. Mengelola perbedaan ini agar semua siswa mendapatkan pembelajaran yang optimal memerlukan keterampilan mengajar yang sangat tinggi. (3) keterbatasan Fasilitas dan Sumber Daya. Sumber daya yang terbatas, baik itu fasilitas fisik seperti ruang kelas atau fasilitas teknologi, juga menjadi kendala dalam implementasi model ini. Tanpa dukungan fasilitas yang memadai, seperti penggunaan teknologi pembelajaran, model pembelajaran kelas rangkap akan sulit diterapkan dengan efektif.
Tantangan dan Hambatan dalam Penerapan Model Pembelajaran Kelas Rangkap
Dalam penerapan model pembelajaran kelas rangkap, terdapat berbagai tantangan dan hambatan yang harus dihadapi oleh guru, sekolah, dan bahkan sistem pendidikan secara keseluruhan. Meskipun memiliki banyak manfaat, tidak sedikit kendala yang muncul dalam praktik di lapangan. Beberapa tantangan tersebut meliputi kurangnya kompetensi guru, fasilitas dan insfrastruktur, dan stigma masyarakat terhadap model kelas rangkap.
Siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda merupakan salah satu tantangan terbesar yang dihadapi dalam penerapan model pembelajaran kelas rangkap. Setiap siswa memiliki tingkat pemahaman yang berbeda terhadap materi yang diajarkan, sehingga guru harus dapat menyesuaikan metode pengajaran agar bisa menjangkau semua siswa dengan cara yang efektif. Misalnya, siswa yang lebih cepat memahami materi mungkin merasa bosan jika materi yang diajarkan terlalu lambat, sedangkan siswa yang lebih lambat memerlukan waktu lebih banyak untuk memahami konsep yang diajarkan. Oleh karena itu, guru perlu memiliki keterampilan dalam menyesuaikan pendekatan pembelajaran dengan kecepatan belajar masing-masing siswa.
Dalam hal ini, strategi diferensiasi dalam pembelajaran dapat sangat membantu. Sebagai contoh, guru dapat membagi siswa ke dalam kelompok berdasarkan kemampuan mereka dan memberikan tugas yang sesuai dengan tingkat pemahaman mereka. Hal ini membutuhkan kreativitas dan kemampuan pengelolaan yang sangat baik dari guru untuk memastikan bahwa setiap siswa tetap merasa terlibat dan mendapatkan pembelajaran yang bermakna.
Keterbatasan fasilitas dan infrastruktur di banyak sekolah dasar juga menjadi hambatan utama dalam implementasi model pembelajaran kelas rangkap. Tidak semua sekolah memiliki ruang kelas yang memadai untuk menampung lebih dari satu kelas dalam satu ruang. Selain itu, teknologi yang diperlukan untuk mendukung pembelajaran, seperti komputer atau perangkat pembelajaran digital, seringkali tidak tersedia atau tidak memadai di banyak daerah.
Beberapa sekolah, terutama di daerah pedesaan atau terpencil, kekurangan sarana dan prasarana yang memadai, yang mengakibatkan pembelajaran menjadi kurang efektif. Misalnya, tanpa adanya media pembelajaran yang baik atau teknologi yang memadai, siswa mungkin kesulitan untuk mendapatkan materi yang dibutuhkan secara mandiri. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa sekolah memiliki fasilitas yang memadai dan mampu mendukung pelaksanaan model pembelajaran ini.
Guru yang belum memiliki pengalaman atau keterampilan dalam mengelola kelas rangkap juga bisa menghadapi kesulitan besar. Mengajar lebih dari satu kelas sekaligus memerlukan keterampilan manajerial yang tinggi, seperti pengaturan waktu, penggunaan ruang kelas secara efektif, serta kemampuan untuk memberikan perhatian yang adil kepada seluruh siswa. Guru harus mampu mengelola berbagai kelompok siswa dengan cara yang efisien tanpa mengurangi kualitas pembelajaran.
Guru perlu diberikan pelatihan yang memadai dalam hal manajemen kelas dan penerapan model pembelajaran kelas rangkap. Pelatihan ini tidak hanya mencakup teknik pengajaran, tetapi juga keterampilan dalam menggunakan teknologi dan mengatasi masalah yang mungkin timbul dalam pembelajaran kelas rangkap. Pelatihan ini dapat diberikan melalui workshop, seminar, atau bahkan sesi pembelajaran berbasis kolaboratif antara guru yang berpengalaman dan guru lainnya.
Meskipun model pembelajaran kelas rangkap memiliki potensi yang besar, terdapat stigma negatif terhadap model ini, terutama di kalangan guru dan masyarakat. Beberapa orang mungkin merasa bahwa pembelajaran kelas rangkap tidak seefektif pembelajaran tradisional yang hanya melibatkan satu kelas dengan satu guru. Ada kekhawatiran bahwa kualitas pembelajaran akan menurun jika guru harus mengelola dua kelas sekaligus, yang pada akhirnya berdampak pada hasil belajar siswa.
Untuk mengatasi stigma ini, perlu dilakukan sosialisasi dan penyuluhan kepada para guru, orang tua, dan masyarakat mengenai manfaat dan efektivitas pembelajaran kelas rangkap. Menunjukkan bukti-bukti bahwa model ini dapat memberikan hasil yang positif, dengan catatan bahwa implementasinya dilakukan dengan benar, akan membantu mengubah pandangan negatif tersebut.
Strategi Pengelolaan Kelas Rangkap yang Efektif
Untuk memastikan bahwa model pembelajaran kelas rangkap dapat diterapkan dengan baik dan memberikan hasil yang optimal, beberapa strategi pengelolaan perlu diterapkan, seperti guru membuat perencanaan pembelajaran yang cermat, penggunaan teknologi pembelajaran yang tepat guna, menggunakan pendekatan pembelajaran diferensiasi yang ter-manage dengan baik agar dapat memenuhi kebutuhan setiap siswa semisal dengan memberikan tugas atau proyek yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa, pengelolaan kelas yang efektif salah satu caranya dengan menggunakan sistem rotasi, di mana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan bekerja pada tugas yang berbeda secara bergantian. Selain hal-hal tersebut, penting bagi guru untuk menjaga komunikasi yang baik dengan siswa, memberikan umpan balik secara rutin, dan menjaga suasana kelas yang positif dan kondusif untuk belajar.
Peluang Pengembangan Model Pembelajaran Kelas Rangkap di Masa Depan
Meskipun model pembelajaran kelas rangkap sudah diterapkan di beberapa sekolah dasar, masih banyak potensi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan efektivitasnya. Salah satu peluang besar adalah integrasi teknologi pendidikan yang semakin berkembang. Misalnya, penggunaan pembelajaran berbasis aplikasi atau sistem manajemen kelas berbasis cloud dapat membantu guru untuk mengelola kelas rangkap dengan lebih efisien dan fleksibel.
Selain itu, penting untuk terus melakukan riset mengenai pengaruh model pembelajaran kelas rangkap terhadap hasil belajar siswa. Dengan adanya data dan bukti yang jelas mengenai keefektifan model ini, sekolah-sekolah di daerah dengan kekurangan guru dapat lebih mudah mengadopsi model ini dan memperoleh manfaat yang maksimal.
- Depdiknas. (2010). Pedoman Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
- Hasan, M. (2019). Manajemen Kelas untuk Pembelajaran yang Efektif. Jakarta: Penerbit Erlangga.
- Maulana, R. (2020). Kebijakan Pendidikan dalam Mengatasi Kekurangan Guru: Pembelajaran Kelas Rangkap. Jurnal Kebijakan Pendidikan, 9(2), 44-53.
- Kurniawan, D. (2021). Efektivitas Pembelajaran Kelas Rangkap di Sekolah Dasar. Jurnal Riset Pendidikan, 8(2), 112-120.
- Lestari, I. (2019). Model Pembelajaran Kelas Rangkap di Daerah Terpencil. Jurnal Pendidikan danTeknologi, 6(1), 34-45.
- Pratiwi, N. (2022). Tantangan dan Solusi dalam Pembelajaran Kelas Rangkap. Jurnal Ilmu Pendidikan, 7(3), 67-75.
- Rahmawati, S. (2019). Pengaruh Pembelajaran Kelas Rangkap terhadap Hasil Belajar Siswa. Jurnal Penelitian Pendidikan, 12(1), 23-34.
- Setiawan, B. (2021). Inovasi Pembelajaran di Sekolah Dasar: Pembelajaran Kelas Rangkap. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, 1, 78-85.
- Widiastuti, R. (2020). Pembelajaran Kelas Rangkap: Solusi untuk Kekurangan Tenaga Pendidik. Jurnal Pendidikan Dasar, 10(4), 90-102.
- Wibowo, A. (2018). Model Pembelajaran Kelas Rangkap dalam Pendidikan Dasar. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 2(3), 112-118.